Serangan militer dan ketegangan internal terus menghantam Suriah, namun di tengah gejolak ini, Presiden Sementara Ahmed al-Sharaa menunjukkan sikap negarawan yang patut dicermati. Pernyataan dan tindakannya baru-baru ini menyoroti upayanya untuk menjaga stabilitas dan persatuan di negara yang sedang menghadapi berbagai tantangan berat.
Pada Minggu (14/8), setidaknya tiga orang tewas akibat serangan Israel di wilayah Suriah yang berdekatan dengan pangkalan militer Rusia. "Agresi itu menyebabkan kematian tiga tentara dan melukai tiga orang lainnya," ujar seorang sumber militer Suriah kepada kantor berita SANA, sebagaimana dikutip AFP. Insiden ini menambah panjang daftar agresi eksternal yang dihadapi Suriah.
Menanggapi situasi tersebut, pada tanggal 17 Juli 2025, dalam pidato pertamanya sejak serangan Israel di Damaskus, Presiden Sementara Ahmed al-Sharaa dengan tegas menuduh Israel berusaha mengubah Suriah menjadi "teater kekacauan tanpa akhir". Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan cerminan dari kekhawatiran mendalam terhadap upaya destabilisasi yang terus-menerus mengancam kedaulatan Suriah.
Lebih dari sekadar mengecam agresi eksternal, Al-Sharaa juga menekankan bahwa melindungi warga Druze adalah prioritas utama, setelah bentrokan antara pasukan dan pejuang Druze di Suwayda. Penekanannya pada perlindungan kelompok minoritas seperti Druze menunjukkan komitmennya terhadap persatuan internal dan menghindari perpecahan lebih lanjut di dalam negeri. Konflik internal, terutama yang melibatkan etnis atau agama, dapat dengan mudah dieksploitasi oleh pihak luar untuk tujuan destabilisasi. Dengan memprioritaskan keamanan dan hak-hak semua warga negara, Al-Sharaa berupaya meredam potensi konflik internal yang dapat memperparah kondisi Suriah.
Analisis mendalam tentang langkah-langkah diplomatik dan kebijakan yang diambil Al-Sharaa sebagai pemimpin sementara Suriah:
Sikap negarawan Al-Sharaa tidak hanya terlihat dari pernyataan-pernyataannya, tetapi juga dari potensi langkah-langkah diplomatik dan kebijakannya. Di tengah situasi yang kompleks, di mana berbagai aktor regional dan internasional memiliki kepentingan di Suriah, kemampuan Al-Sharaa untuk menavigasi diplomasi akan menjadi kunci. Ia kemungkinan akan terus:
Membangun kembali hubungan regional: Mengingat posisi Suriah yang strategis, upaya untuk memulihkan dan memperkuat hubungan dengan negara-negara tetangga dan kekuatan regional akan sangat penting. Ini dapat mencakup dialog dengan negara-negara yang sebelumnya memiliki hubungan tegang, mencari titik temu dalam isu-isu keamanan, dan mempromosikan kerja sama ekonomi.
Mencari dukungan internasional: Meskipun ada kecaman terhadap Israel, Suriah tetap membutuhkan dukungan internasional, baik dalam bentuk bantuan kemanusiaan maupun upaya penyelesaian konflik. Al-Sharaa perlu menggalang dukungan dari negara-negara yang memiliki kepentingan dalam stabilitas Suriah, termasuk Rusia dan Iran, serta membuka pintu dialog dengan negara-negara Barat untuk mencari solusi jangka panjang.
Mengutamakan dialog internal: Selain mengatasi ancaman eksternal, Al-Sharaa juga harus mengatasi tantangan internal. Ini termasuk dialog dengan berbagai kelompok politik dan etnis, mendorong rekonsiliasi, dan mengatasi akar penyebab ketidakpuasan. Kebijakan yang inklusif dan upaya untuk membangun konsensus nasional akan sangat penting untuk mencapai stabilitas yang langgeng.
Fokus pada pemulihan dan rekonstruksi: Dengan adanya kerusakan infrastruktur dan dampak ekonomi yang parah akibat konflik bertahun-tahun, Al-Sharaa perlu memprioritaskan upaya pemulihan dan rekonstruksi. Ini termasuk menarik investasi, membangun kembali layanan dasar, dan menciptakan lapangan kerja bagi rakyat Suriah.
Sikap negarawan yang ditunjukkan Al-Sharaa ini mencerminkan upayanya untuk menjaga stabilitas dan persatuan dalam situasi yang penuh tantangan. Dengan fokus pada kedaulatan, keamanan warga, dan potensi upaya diplomatik yang pragmatis, Al-Sharaa menghadapi tugas berat untuk menavigasi Suriah melalui periode yang penuh gejolak ini. Bagaimana ia akan mengimplementasikan visi ini ke dalam kebijakan konkret akan menjadi penentu masa depan negara tersebut.
No comments yet.
Temukan bacaan yang memperkaya keilmuan Anda.
Ketika Pengabdian Berakhir dengan Ketidakadilan: PHK Sepihak di Lembaga Pendidikan
Di balik gedung-gedung megah lembaga pendidikan, tersimpan …
Dilema Jenjang Karir di Yayasan: Ketika Pengabdian Bertemu Ketidakpastian
Kisah Seorang Pengabdi yang Terlupakan
Di …
Kisah Pilu Pekerja 10 Tahun tanpa Status PKWTT: Ketika Pengabdian Bertemu Ketidakpastian
Di sebuah sudut lembaga pendidikan yang ramai …
Homo Homini Lupus: Refleksi tentang Sifat Dasar Manusia
"Homo homini lupus" - manusia adalah serigala …