Saya pernah ditanya oleh Ustadz Rudi, seorang profesional sekaligus ustadz di pondok pesantren yang saya hormati. Dalam perbincangan santai kami, beliau bertanya dengan penasaran, "Berapa jumlah siswa di Tadib?"
Tanpa ragu, dengan penuh keyakinan saya menjawab, "Hanya dua orang."
Mungkin bagi sebagian orang, jawaban ini terdengar mengecewakan. Namun bagi saya, angka tersebut justru menjadi kebanggaan tersendiri.
Bagi saya, pendidikan bukanlah seperti berdagang gorengan di pinggir jalan yang mengutamakan volume penjualan. Pendidikan adalah amanah mulia yang berkaitan dengan menyiapkan masa depan anak-anak bangsa. Setiap jiwa yang dipercayakan kepada kita adalah tanggung jawab besar yang tidak boleh dianggap enteng.
Dalam dunia pendidikan, prinsip "quality over quantity" harus menjadi pegangan utama. Lebih baik mendidik sedikit siswa dengan maksimal daripada mendidik banyak siswa namun setengah hati.
Jika kami memiliki ratusan bahkan ribuan siswa tetapi sistem pendidikan kami tidak berkualitas, maka sesungguhnya kami telah berbuat zalim terhadap banyak anak dan keluarga yang mempercayai masa depan putra-putri mereka kepada kami. Kegagalan dalam mendidik bukan hanya merugikan siswa, tetapi juga menghancurkan harapan orang tua dan merusak masa depan generasi.
Sebaliknya, jika sistem pendidikan di Tadib sudah dibangun dengan fondasi yang kuat dan berkualitas tinggi, kami yakin bahwa ke depannya institusi ini akan berkembang secara alami. Reputasi baik akan menyebar melalui hasil nyata, bukan melalui promosi yang berlebihan.
Saat ini, Tadib telah mengembangkan sistem pendidikan yang memungkinkan orang tua untuk terlibat aktif dan mengontrol aktivitas pendidikan anak-anak mereka. Kami percaya bahwa transparansi adalah kunci kepercayaan. Orang tua berhak mengetahui perkembangan akademik, karakter, dan spiritual anak mereka secara real-time.
Sistem ini bukan hanya memberikan laporan berkala, tetapi juga membuka ruang komunikasi dua arah antara pendidik dan orang tua. Dengan demikian, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga, bukan hanya diserahkan sepenuhnya kepada institusi pendidikan.
Tadib memang masih kecil, tetapi kami membangun dengan hati. Setiap siswa yang bergabung dengan kami mendapatkan perhatian penuh, bimbingan personal, dan pengembangan potensi yang optimal. Inilah yang kami sebut sebagai pendidikan yang humanis dan bermartabat.
Kami yakin, dengan fondasi yang kuat ini, Tadib akan tumbuh menjadi institusi pendidikan yang tidak hanya besar secara kuantitas, tetapi tetap mempertahankan kualitas yang menjadi jati diri kami.
No comments yet.
Temukan bacaan yang memperkaya keilmuan Anda.
Ketika Pengabdian Berakhir dengan Ketidakadilan: PHK Sepihak di Lembaga Pendidikan
Di balik gedung-gedung megah lembaga pendidikan, tersimpan …
Dilema Jenjang Karir di Yayasan: Ketika Pengabdian Bertemu Ketidakpastian
Kisah Seorang Pengabdi yang Terlupakan
Di …
Kisah Pilu Pekerja 10 Tahun tanpa Status PKWTT: Ketika Pengabdian Bertemu Ketidakpastian
Di sebuah sudut lembaga pendidikan yang ramai …
Homo Homini Lupus: Refleksi tentang Sifat Dasar Manusia
"Homo homini lupus" - manusia adalah serigala …